Pada suatu hari.. Ada seekor kucing besar. Ia berkeliaran di peternakan. Setiap kali ia datang, tikus - tikus menjadi kalang kabut. Tak seekor pun berani meninggalkan liangnya. Tikus - tikus takut kalau - kalau jatuh ke dalam cengkeraman binatang bengis itu.
Para tikus sepakat untuk berkumpul dan membicarakan masalah itu serta mencari jalan untuk mengatasinya. Pada suatu hari, kucing itu tidak datang, maka seluruh warga tikus berkumpul di ruang rapat. Mereka yakin bahwa mereka sanggup memecahkan masalahnya, maka masing - masing mengajukan usul.
"Mari kita buat perangkap raksasa!" usul salah satu tikus. Tikus lain segera menyahut, "Bagaimana kalau kita racuni dia?", tetapi tidak ada yang tahu racun apa yang dapat mematikan kucing. Ada usul lain, "sebaiknya kita cabut semua giginya, lalu kita potong semua kukunya, supaya ia tidak berbahaya lagi", usul ini juga tidak disetujui.
Akhirnya, tampil seekor tikus yang lebih pintar dari yang lain. Ia merayap ke lampu yang menerangi ruangan itu. Dibunyikannya giring - giring dan minta supaya hadirin tenang. "Kita ikatkan giring - giring (lonceng kecil) ini pada ekor si kucing. Dengan demikian, kita akan selalu tahu dimana ia berada, kita akan bisa melarikan diri sebelum ia mendekat. Tikus yang paling lamban dan paling lemah pun akan mendengar ia datang dan dapat menyelamatkan diri!".
Usul tikus yang bijaksana itu disambut dengan tepuk tangan. Semua memuji gagasan cemerlangnya. "Giring - giring itu harus kita ikatkan erat - erat supaya tidak lepas!"."Ia tidak akan datang diam - diam dan mengejutkan kita lagi". Tikus pintar itu membunyikan giring - giring sekali lagi supaya tikus - tikus tenang.
"Sekarang, kita harus menentukan siapa yang harus bersedia memasang giring - giring ini pada ekor kucing?," katanya.
Ruangan menjadi hening, lalu mulai terdengar bisik - bisik, "Aku tidak bisa, soalnya..".
"Aku? jangan!", "Aku mau, tetapi..".
"Aku juga jangan!".
Tak seekor pun berani melaksanakan rencana itu, maka sidang dibubarkan tanpa ada keputusan. Memang mengatakan gagasan cemerlang itu mudah, tetapi melaksanakannya jauh lebih sulit.
Para tikus sepakat untuk berkumpul dan membicarakan masalah itu serta mencari jalan untuk mengatasinya. Pada suatu hari, kucing itu tidak datang, maka seluruh warga tikus berkumpul di ruang rapat. Mereka yakin bahwa mereka sanggup memecahkan masalahnya, maka masing - masing mengajukan usul.
"Mari kita buat perangkap raksasa!" usul salah satu tikus. Tikus lain segera menyahut, "Bagaimana kalau kita racuni dia?", tetapi tidak ada yang tahu racun apa yang dapat mematikan kucing. Ada usul lain, "sebaiknya kita cabut semua giginya, lalu kita potong semua kukunya, supaya ia tidak berbahaya lagi", usul ini juga tidak disetujui.
Akhirnya, tampil seekor tikus yang lebih pintar dari yang lain. Ia merayap ke lampu yang menerangi ruangan itu. Dibunyikannya giring - giring dan minta supaya hadirin tenang. "Kita ikatkan giring - giring (lonceng kecil) ini pada ekor si kucing. Dengan demikian, kita akan selalu tahu dimana ia berada, kita akan bisa melarikan diri sebelum ia mendekat. Tikus yang paling lamban dan paling lemah pun akan mendengar ia datang dan dapat menyelamatkan diri!".
Usul tikus yang bijaksana itu disambut dengan tepuk tangan. Semua memuji gagasan cemerlangnya. "Giring - giring itu harus kita ikatkan erat - erat supaya tidak lepas!"."Ia tidak akan datang diam - diam dan mengejutkan kita lagi". Tikus pintar itu membunyikan giring - giring sekali lagi supaya tikus - tikus tenang.
"Sekarang, kita harus menentukan siapa yang harus bersedia memasang giring - giring ini pada ekor kucing?," katanya.
Ruangan menjadi hening, lalu mulai terdengar bisik - bisik, "Aku tidak bisa, soalnya..".
"Aku? jangan!", "Aku mau, tetapi..".
"Aku juga jangan!".
Tak seekor pun berani melaksanakan rencana itu, maka sidang dibubarkan tanpa ada keputusan. Memang mengatakan gagasan cemerlang itu mudah, tetapi melaksanakannya jauh lebih sulit.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.