Sifat iri hati bisa membahayakan urusan agama dan dunia seseorang, tetapi tidak bisa membahayakan orang yang dihasudnya.
Wahai kaum Muslimin, bertakwalah kepada Allah, dan ketauhilah, sesungguhnya iri hati adalah perbuatan tercela dan dilarang oleh syariat agama.
Iri hati adalah ungkapan perasaan tidak senang seseorang terhadap apa yang diperolehkan saudaranya berupa kelebihan ataupun keunggulan.
Sifat iri hati bisa membahayakan urusan agama dan dunia seseorang, tetapi tidak bisa membahayakan orang yang dihasudnya.
Adapun bahaya yang menyangkut urusan agama seseorang ialah, karena seseorang yang berlaku hasud (iri hati) terkadang bisa membenci takdir Tuhan secara tidak langsung disebabkan rasa ketidaksenangannya terhadap nikmat-nikmat Allah yang dilimpahkan kepada hamba-hamba-Nya.
Ini jelas merupakan kotoran yang mengganjal di mata iman seseorang. Orang yang hasud didorong oleh rasa irinya yang mendalam, terkadang bisa mengucapkan caci maki terhadap orang-orang yang dihasudnya, bahkan dengan segala cara berupaya untuk menyakitinya.
Akan halnya bahaya terhadap urusan kehidupannya ialah, seorang yang hasud, hatinya senantiasa sakit dan sengsara.
Wahai kaum Muslimin, ketahuilah, sesungguhnya bentuk maksiat yang pertama kali terjadi di kalangan manusia ialah iri hati. Yakni, tatkala iblis merasa iri hati terhadap Nabi Adam, dan Qabil merasa iri hati terhadap Habil.
Iri hati senantiasa berkait erat dengan masalah kenikmatan. Ketika Allah SWT memberi kenikmatan kepada seorang hamba, lalu ada orang lain yang menginginkan kenikmatan seperti yang dimiliki hamba itu, tetapi ia tidak mengharapkan hilangnya kenikmatan tersebut dari orang yang dihasudnya, maka hasud semacam ini disebut ghibthah.
Jenis ini tidak dilarang dan dicela oleh syariat Islam. Dan apabila ia mengharapkan lenyapnya kenikmatan tersebut dari tangan orang yang dihasudnya, maka hasud jenis ini tercela dan terlarang dalam syariat, dan pelakunya adalah orang yang berbuat aniaya lagi tercela.
Sifat iri hati ini terkadang bisa berbentuk rasa senang terhadap lenyapnya kenikmatan dari orang yang dihasudnya, dan berharap agar dirinyalah yang mendapatkannya.
Iri hati seperti ini jelek, sebab terlampau mementingkan diri sendiri, dan menghalangi sampainya kenikmatan ke tangan orang lain.
Lebih jelek dari itu adalah mengharapkan lenyapnya kenikmatan dari orang yang dihasudnya dan berharap agar kenikmatan tersebut dimiliki oleh orang lain.
Dan paling jelek dari semua itu adalah mengharapkan lenyapnya kenikmatan tersebut dari orang yang dihasudnya dan orang lain secara keseluruhan.
Pelaku hasud jenis terakhir ini adalah musuh nikmat Allah nomor wahid. Dalam kitab Shahihain disebutkan dari sahabat Anas ibnu Malik RA dari Nabi SAW, Beliau SAW bersabda, "Janganlah kamu saling membenci, memutuskan persaudaraan, menghasud dan menjerumuskan, tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara."
Adapun cara mengobati penyakit dengki dan iri hati adalah, terkadang bisa dengan cara melakukan zuhud (menjauhi keduniawian). Sebab, urusan duniawi adalah hal yang amat kecil. Bahkan, sedikitpun tidak bisa menyamai berat sayap seekor nyamuk.
Terkadang bisa pula dilakukan dengan cara merelakan diri terhadap segala takdir Tuhan, sebab tanpa adanya kerelaan hanya akan berakibat penyesalan belaka bagimu, lepasnya pahala dari tanganmu dan beroleh kemurkaan dari Tuhanmu.
Kedua hal tersebut merupakan mushibah yang paling besar. Sepandai-pandainya manusia tidak akan bisa melepaskan diri dari takdir Tuhan, tiada jalan baginya selain hanya kerelaan.
Cara mengobati penyakit dengki dan iri hati adalah terkadang bisa dengan cara melakukan zuhud (menjauhi keduniawian).
Dan terkadang bisa diobati dengan cara melihat dan meneliti jauh ke depan segala dampak negatif dari kenikmatan-kenikmatan yang terkadang mengakibatkan timbulnya malapetaka dan musibah bagi yang bersangkutan.
Tetapi jika ia tidak mengungkapkan gejolak hatinya dalam bentuk ucapan dan perbuatan, maka sifat yang ada dalam dirinya ini tidak membahayakan dirinya.
Allah SWT telah mencap orang-orang Yahudi sebagai pendengki di berbagai tempat dalam kitab-Nya.
Allah berfirman, "Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran sesudah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran." (QS. Al-Baqarah: 109).
Allah SWT juga berfirman, "Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepada manusia itu?" (QS. An-Nisa: 54).
Rasulullah SAW juga pernah bersabda, "Penyakit yang menimpa umat sebelum kamu telah merayap dalam tubuhmu yakni hasud dan benci. Benci adalah bagaikan pisau cukur yang bisa mencukur agama, tetapi bukan pisau untuk rambut."
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman kekuasaan-Nya, kamu masih belum dikatakan menjadi orang-orang yang beriman, hingga kalian saling mencintai."
"Inginkah kalian aku beritahu tentang sesuatu yang jika kalian lakukan, kalian bisa saling mencinta? Sebarkanlah salam di antara kalian." (HR. Imam Ahmad dan Turmudzi).
Allah SWT berfirman, "Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepada manusia itu? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar." (QS. An-Nisa: 54).
* Khutbah Masjidil Haram oleh Syekh Abdullah Ibnu Muhammad Al-Khulaifi, Khatib dan Imam Masjidil Haram
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.