Jangan terlalu percaya dengan dokter anda. Setidaknya itulah yang diungkap oleh sebuah penelitian yang mengatakan bahwa beberapa dokter tidak sepenuhnya jujur terhadap pasien mereka, terutama ketika membahas mengenai prognosis.
Prognosis merupakan istilah medis untuk memprediksi kemungkinan suatu penyakit yang sering melibatkan penjelasan secara rinci.
Menurut hasil survey, lebih dari setengah dokter memberikan prognosis yang terlalu optimis kepada pasiennya.
Hampir 20 persen dari dokter mengatakan tidak ingin menyampaikan kesalahan prognosis mereka karena takut menghadapi tuntutan. Sementara 1 dari 10 dari dokter yang disurvei mengatakan kepada pasien mengenai sesuatu yang tidak benar di masa lalunya.
Survei yang dilakukan oleh para peneliti dari Massachusetts General Hospital dan telah dipublikasikan dalam jurnal Health Affairs, tidak menjelaskan kenapa atau mengenai hal apa yang tidak mereka katakan kepada pasien.
"Saya kira seorang dokter tidak berniat untuk tidak jujur," ujar pimpinan tim peneliti Dr. Lisa Lezzoni, seorang profesor dari Harvard Medical School dan direktur Mongan Institute for Health Policy di Massachusetts General Hospital. Menurutnya, terkadang ketidak jujuran dapat memberikan harapan kepada seseorang.
Akan tetapi, Lezzoni menambahkan bahwa bagaimanapun komunikasi secara terbuka perlu dilakukan kepada pasien untuk memberikan informasi lengkap mengenai keputusan tentang perawatan kesehatan mereka.
Masih menurut Lezzoni, survei yang dilakukan timnya menjadi sebuah peringatan kepada para pasien untuk tetap selalu waspada dan teliti mengenai proses perawatan yang diberikan oleh dokter.
Adapun hasil penelitian ini didapatkan dari sekitar 1.900 dokter, dengan tujuan apakah mereka mengikuti standar profesionalisme medis yang dikeluarkan tahun 2002. Di antara standar profesionalisme salah satunya adalah dokter harus terbuka mengenai seluruh aspek perawatan yang diberikan kepada pasien, dan dengan cepat memberitahukan kesalahan mereka.
Dari hasil survei menunjukkan bahwa seperti tiga dokter sama sekali tidak setuju untuk mengungkapkan kesalahan mereka, walaupun banyak rumah sakit yang kini menjalankan kebijakan yang mengharuskan dokter meminta maaf di awal jika terjadi kesalahan. Padahal menurut survei ini, ada kemungkinan besar seorang pasien tidak akan menuntut jika mereka mengakui hal tersebut lebih awal.
Meski begitu, mayoritas dari dokter yang disurvei setuju bahwa seorang dokter harus memberikan informasi menyeluruh mengenai resiko yang dihadapi oleh pasien, bukan hanya keuntungan mengenai suatu pola perawatan.
Hal menarik lainnya yang didapat dari penelitian ini adalah mayoritas yang tidak jujur biasanya berasal dari kalangan dokter pria. Sementara dokter wanita, yang selama ini memang menjadi minoritas, lebih mungkin menjelaskan segala macam perawatan atau prognosis secara jujur kepada pasien dibandingkan dengan dokter pria.
Untuk alasan ini, peneliti memprediksi bahwa hal tersebut kemungkinan disebabkan karena posisi mereka sebagai minoritas, sehingga merasa lebih terdorong untuk mengikuti standar profesi. []
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.